Monday 8 December 2014

MENULIS SEBAGAI SEBUAH PROSES

kali ini saya akan berbagi ilmu tentang menulis sebagai sebuah proses, untuk menambah wawasan tentang ketrampilan menulis, setiap penulis perlu mengetahui keterampilan dan penulis yang tidak trampil. Tujuanya adalah agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran). Salah satu kesulitan yang dihadapinya adalah kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca.
Ada tiga proses yang ditawarkan oleh david nunan, yakni :
1.      Tahap prapenulis
2.      Tahap penulisan
3.      Tahap perbaikan

Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam, menyimak, melaporkan, menginformasikan dan mempengaruhi pembaca. Penyusunan sebuah tulisan memuat 4 tahap,   yaitu :
1.      Tahap persiapan (pra penulis)
Adalah ketika pembelajar menyiapkan diri, mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus, mengolah informasi, menarik tafsiran dan inferensi terhadap realitas yang dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati, dan lain-lain yang memperkaya masukan kognitif.

2.      Tahap inkubasi
Adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya sedemikian rupa, sehingga mengantarkanya pada ditemukannya pemecahan masalah atau jalan keluar yang dicarinya.

3.      Tahap iluminasi
Adalah ketika datangnya inspirasi atau insight, yaitu gagasan datang seakan-akan tibaa-tiba dan berloncatan dari pikiran kita.

4.      Tahap verifikasi atau evaluasi
Yaitu dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain

Proses menulis dapat dideskripsikan sebagai proses pemecahan masalah yang kompleks, yang mengandung tiga elemen, yaitu lingkungan tugas, memori jangka panjang penulis, dan proses menulis. Pertama, lingkungan tugas adalah tugas penulis yang kerjakan dalam menulis. Kedua, memori jangka panjang penulis adalah pengetahuan tiga kegiatan, yaitu :
1.      Merencanakan ( menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan )
2.      Mewujudkan ( menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat )
3.      Merevisi ( mengevaluasi dan merevisi tulisan )

Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (1990:73) menyajikan lima tahap, yaitu :
1.      Pramenulis
2.      Pembuatan draft
3.      Merevisi
4.      Menyunting, dan
5.      Berbagi (sharing)

Tompkins juga menekankan bahwa tahap-yahap menulis ini tidak merupakan kegiatan yang liniear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya merupakan putaran berulang.  Kelima tahap tersebut diuraikan berikut ini.

1)      Tahap pra menulis
Pada tahap pramenulis, pembelajaran menulis melakukan kegiatan sebagai berikut
1.      Menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri.
2.      Melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis
3.      Mengidentifikasi pembaca tilisan yang akan mereka tulis
4.      Mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis
5.      Memilih bentuk tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah mereka tentukan

2)      Tahap Pembuatan draf
Kegiatan yang dilakukan oleh pembelajaran  menulis pada tahap ini adalah sebagai berikut :
1.      Membuat draf  kasar
Dengan berbekal apa-apa yang telah dipersiapkan pada tahap pramenulis, pembelajaran mulai menuliskan gagasan.
2.      Lebih menekankan isi daripada tata tulis
Pada tahap penyusunan draf, penulis lebih ditekankan pada pencurahan gagasan dan kelengkapan isi tulisan

3)      Tahap merevisi
Yang perlu dilakukan oleh pembelajar menulis pada tahap merevisi adalah sebagai berikut.
1.      Berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok )
2.      Berpartisipasi secara kontruktif dalam diskusi tentang tulisan teman- teman sekelompok atau sekelas.
3.      Mengubah tulisan dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik dari pengajar maupun teman.
4.      Membuat perubahan yang substantif pada draf pertama draf berikutnya sehingga menghasilkan draf akhir.

4)      Tahap menyunting
     Pada tahap menyunting, hal-hal yang perlu dilakukan oleh pembelajar menulis adalah sebagai berikut :
1.      Membetulkan kesalahan bahasa tullisan sendiri, mulai penggunaan ejaan, pilihan kata, penggunaan kalimat, sampai pengembangan paragraf.
2.      Membetulkan kaidah tata tulis yang meliputi kaidah penulisan paragraf, penulisan judul, penomoran, kaidah pengutipan, dan kaidah- kaidah lain yang diatur secara teknis.
3.      Mengoreksi dan menata kembali isi tulisan, baik dari segi sistematika, kelogisan, ketajaman pembahasan, kelengkapan isi. Bila perlu dapat mengurangi sebagian atau menambahkan bagian lain hingga tulisan lengkap dan mendalam.
4.      Berbagi dengan teman untuk saling memberikan koreksi.
Dalam kegiatan penyuntingan ini, sekurang- kurangnya ada dua tahap yang harus dilakukan. Pertama, menyunting tulisan untuk penyajian. Kedua, penyuntingan bahasa dalam tulisan agar sesuai dengan sasaran.

Pada umumnya, tulisan dapat dikelompokan atas empat macam bentuk, yaitu narasi, diskripsi, eksposisi, dan argumentasi.
Bentuk tulisan narasi ditulis jika penulis ingin bercerita kepada pembaca. Narasi biasanya ditulis berdasarkan pengamatan atau wawancara.

Bentuk tulisan diskripsi dipilih jika penulis ingin menggambarkan bentuk, sifat, rasa, corak dari hal yang diamatinya. Diskripsi juga dilakukan untuk melukiskan perasaan, seperti bahagia, takut, sepi, sedih, dan sebagainya. Penggambaran itu mengandalkan panca indra dalam proses penguraiannya.

Bentuk tulisan ekposisi dipilih jika penulis ingin memberikan informasi, penjelasan, keterangan atau pemahaman. Berita merupakan bentuk tulisan eksposisi karena memberikan informasi. Tulisan dalam majalah juga merupakan eksposisi. Buku teks merupakan bentuk eksposisi. Pada dasarnya, eksposisi berusaha menjelaskan suatu prosedur atau proses, memberikan definisi, menerangkan, menjelaskan, menafsirkan gagasan, menerangkan bagan atau tabel, mengulas sesuatu.

Tulisan berbentuk argumentasi bertujuan meyakinkan orang, membuktikan pendapat atau pendirian pribadi, atau membujuk pembaca agar pendapat pribadi penulis dapat diterima. Bentuk tulisan tersebut erat kaitanya dengan eksposisi dan di tunjang oleh diskripsi. Bentuk argumentasi dikembangkan untuk memberikan penjelasan dan fakta-fakta yang tepat sebagai alasan untuk menunjang kalimat topik.

5)      Tahap berbagi
Tahap terakhir dalam proses menulis adalah berbagi ( sharing ) atau publikasi. Pada tahap berbagi ini, pembelajar menulis dapat melakukan hal-hal berikut :
1.      Mempublikasikan atau memajang tulisan dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau
2.      Berbagi tulisan yang dihasilkan dengan pembaca yang telah mereka tentukan dalam forum diskusi atau seminar.


Dalam tahap-tahap pembelajaran menulis dengan pendekatan atau model preoses sebagaimana dijabarkan diatas dapat dipahami betapa banyak dan bervariasi kegiatan pembelajar dalam proses menulis. Keterlibatanya dalam berbagai kegiatan tersebut sudah barang tentu merupakan pelajaran yang sangat berharga guna mengembangkan ketrampilan menulis. Kesulitan- kesulitan yang dialami oleh pembelajar pada setiap tahap, upaya- upaya mengatasi kesulitan tersebut, dan hasil terbaik yang dicapai oleh para pembelajar membuat mereka lebih tekun dan tidak mudah menyerah dalam mencapai hasil yang terbaik dalam mengembangkan ketrampilan menulis.

0 komentar:

Post a Comment