download onerepublic - native (Full Album)w

Nah kali ini saya tidak akan membahas tentang album pertamanya dari OneRepublic tetapi saya akan membahas tentang album terbaru dari OneRepublic - native yang dirilis tahun 2013 tersebut cekidot...

lunturnya budaya jawa di era globalisasi

Budaya Jawa adalah budaya yang berasal dari Jawa dan dianut oleh masyarakat Jawa khususnya di Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur. Budaya Jawa secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 yaitu budaya Banyumasan, budaya Jawa Tengah-DIY dan budaya Jawa Timur. Budaya Jawa mengutamakan keseimbangan, keselarasan dan keserasian dalam kehidupan sehari hari...

Download Payung Teduh Full Album

Payung Teduh lahir dari dua orang sahabat yang berprofesi sebagai pemusik di Teater Pagupon yang senang nongkrong bersama di kantin FIB (Fakultas Ilmu Budaya) Universitas Indonesia, mereka adalah Is dan Comi yang senang bermain musik bersama di kantin, selasar gedung kampus...

apakah ini brand fashion luar-negri ?

Mumpung lagi hujan nih guys di kota ane sering ujan nih jadi di rumah aja, yaak kali ini saya akan membahas tentang brand fashion indonesia yang mungkin banyak yang mengira milik luar negri tapi sebenernya brand tersebut 100% milik indonesia loh guys harus bangga dong, langsung aja yuk di cek....

Tips Merawat Batik

Kali ini saya akan share tentang bagaimana cara merawat batik nih langsung aja ya, Batik berbeda dengan kain kebanyakan. Dengan mengetahui cara merawatnya, maka batik akan lebih awet dan warnanya tetap cerah. Berikut hal-hal yang perlu di perhatikan agar busana batik anda tetap indah...

Showing posts with label PLS. Show all posts
Showing posts with label PLS. Show all posts

Tuesday, 30 December 2014

Profil Pendidikan Luar Sekolah S1 UNNES

Tuntutlah ilmu setinggi mungkin, ya itulah yang sedang ane lakuin nih boleh dong share Program studi ane gak usah berlama lama deh langsung aja...


Akreditas 
Akreditas A (Amat Baik) berdasarkan SK. BAN-PT No.022/BAN-PT/Ak XI/S1/VI/2004.

Gelar Lulusan
Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Deskripsi 
Program Studi (PS) Pendidikan Luar Sekolah (PLS) berada di Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP)  dengan Nomor SK Pendirian 56/DIKTI /KEP .84 bertanggal 31 Juli 1984. Bidang keahlian lulusan prodi ini meliputi pemberdayaan masyarakat, pengembangan sumber daya manusia, dan pengembangan/pengelolaan pendidikan anak usia dini (PAUD).

Keunggulan
Keunggulan prodi ini menghasilkan lulusan yang mampu berkompetisi dalam bidang pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Pendidikan Luar Sekolah juga memberikan nilai tambah bagi lulusan dengan mengembangkan kemampuan untuk berwirausaha.

Kompetensi Lulusan
Jurusan Pendidikan Luar Sekolah menghasilkan tenaga kependidikan akademik-profesional yang memiliki kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi di dalam pengelolaan lembaga dan program pendidikan, serta memberdayakan masyarakat di luar sistem pendidikan persekolahan, baik dalam kualitas maupun relevansinya dengan kebutuhan pembangunan. Adapun kompetensi yang dimilki Jurusan PLS adalah:

1. Pengelola Program pendidikan nonformal (PNF): merencanakan Program PNF, melaksanakan program PNF, mengevaluasi program PNF, menguasai substansi keilmuan yang terkait PNF, menguasai pengelolaan lembaga pendidikan dan pemberdayaan masyarakat

2. Pendidik PNF: memahami karakteristik dan kebutuhan warga belajar dalam menyelenggarakan program pembelajaran pada PNF, memahami model-model merancang pembelajaran PNF dan menerapkan strategi pembelajaran yang mendidik pada PNF

3. Pengembang PNF: menguasai penelitian dan pengembangan untuk mengkaji serta mengembangkan satuan program dan pembelajaran PNF.

Deskripsi Perkuliahan
Mata kuliah yang ditawarkan pada program studi ini antara lain Konsep Dasar PLS, Psikologi Umum, Sosiologi, Antropologi, Pendidikan Seumur Hidup, Teknologi Informatika, Pengembangan Sumber Daya Manusia, Pendidikan Orang Dewasa, Psikologi Belajar Orang Dewasa, Pendidikan Anak Usia Dini, Asesmen Kebutuhan Belajar, Sosiologi Pembangunan Pendidikan, Pendidikan Kehidupan Berkeluarga, Psikologi Sosial, Perubahan Sosial, Penyuluhan Pembangunan, Pendidikan Lingkungan Hidup, Ilmu Pendidikan, Manajemen Program Pendidikan Nonformal (PNF), Desain Pembelajaran PNF, Pengembangan Kurikulum PNF, Dinamika Kelompok,
Perkembangan Anak Usia Dini, Pekerjaan Sosial, Statistika, Bimbingan Konseling, Pendidikan 

Karakter, Pendidikan Multikultural,
Pemberdayaan Masyarakat, Monitoring dan Supervisi PNF, Strategi Pembelajaran PNF, Ekonomi Pendidikan, Komunikasi Sosial,

Psikologi Pendidikan, Manajemen Sekolah, Ekonomi Pembangunan, Pendidikan Kewirausahaan, dan Pengembangan Media PNF. Selain itu, Metode Penelitian,Metode Penelitian Kualitatif, Pelatihan, Kesehatan Masyarakat, Kepemimpinan, Perencanaan Program PNF,  Kesehatan Mental, Patologi Sosial, Statistik Inferensial,  Evaluasi Program PNF, Evaluasi Pembelajaran, Difusi Inovasi 
Pendidikan, Manajemen Pelatihan, Bimbingan Sosial,  Pembangunan Masyarakat, Analisis Kebijakan Pendidikan,  Teknik Penulisan Karya Ilmiah, Model-model Penyuluhan Masyarakat, Model-model Pelatihan, Pembelajaran Anak Usia Dini, Seminar PNF, Internship,
Praktik Pengalaman Lapangan, Kuliah Kerja Nyata, dan Skripsi.

Kata Alumni
“Dengan Ilmu PLS saya bisa mengembangkan diri untuk mengembangkan PAUD dan Alhamdulilah sekarang sedang lanjut S2 dengan biaya dari Dikti di Universitas Negeri Yogyakarta.” –HENDRA DEDI K, Angkatan 2003


Alamat
Jurusan PLS
Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Gedung A2 Lantai 2
Email : pls@unnes.ac.id
Telp    : 0248508025
Website: http://pls.unnes.ac.id

semoga bermanfaat dan ane pesen jangan ragu sama pilihan jurusan ente....

Tuesday, 9 December 2014

Pendidikan Luar Sekolah. Seperti apakah itu???

nih informasi yang pas banget sama jurusan saya Pend luar sekolah langsung aja gak perlu babibu Banyak orang-orang di Indonesia yang belum begitu mengerti dengan istilah pendidikan luar sekolah. Pendidikan luar sekolah? Apa itu? Apa kegiatannya yang dilaksanakan di luar sekolah, seperti di taman atau di halaman sekolah?. Pertanyaan-pertanyaan seperti itulah yang kerap kali muncul saat istilah pendidikan luar sekolah dilontarkan. Ironis sekali saat mendengar kenyataan bahwa pendidikan luar sekolah belum begitu familiar di telinga masyarakat. Padahal kegiatan-kegiatan pendidikan luar sekolah sangat dekat sekali dengan kehidupan kita sehari-hari.

Menurut Marzuki (2010: 93), “Pendidikan luar sekolah adalah semua pendidikan baik sengaja atau tidak, dirancang atau tidak, diorganisasikan atau tidak, yang berlangsung di luar sekolah dan universitas.” Salah satu kelemahan pendidikan luar sekolah adalah belum adanya keseragaman dalam pelabelan pendidikan luar sekolah, sehingga banyak orang yang sebenarnya sudah mengenal pendidikan luar sekolah tetapi bukan dengan nama pendidikan luar sekolah. Di Amerika, pendidikan luar sekolah dikenal dengan Adult Education, di Jepang dikenal dengan Social Education, dan di Jerman dikenal dengan Out of School Education. Di Indonesia sendiri pendidikan luar sekolah awalnya bernama pendidikan sosial, dan pada tahun 1982 berubah nama menjadi Pendidikan Luar Sekolah. Pendidikan luar sekolah di Indonesia berdiri dibawah naungan direktorat PAUDNI yang dulu bernama PNFI (pendidikan nonformal informal).
Di dalam pendidikan luar sekolah dikenal istilah pendidikan nonformal dan informal.

Kamil (2011: 14) berpendapat bahwa:
“pendidikan nonformal dalam proses penyelenggaraannya memiliki suatu sistem yang terlembagakan, yang di dalamnya terkandung makna bahwa setiap pengembangan pendidikan nonformal perlu perencanaan program yang matang, melalui kurikulum, isi program, sarana prasarana, sasaran didik, sumber belajar, serta faktor-faktor yang satu sama lain tak dapat dipisahkan dalam pendidikan nonformal.”

Dari pendapat tersebut dapat dipahami bahwa pendidikan nonformal adalah segala kegiatan pendidikan yang mempunyai standarisasi seperti pendidikan formal, tetapi penyelenggaraannya di luar sistem persekolahan. Banyak lembaga-lembaga yang menyelenggarakan pendidikan nonformal. Antara lain, pusat kegiatan belajar mengajar (PKBM). Lembaga ini sudah tidak asing lagi di dunia pendidikan. Di dalam lembaga ini banyak dijalankan program pendidikan. Mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) sampai pendidikan berkelanjutan.

Selain PKBM, masih banyak lembaga pendidikan yang barbasis pendidikan nonformal. Kursus, pelatihan, sanggar kegiatan belajar (SKB), dan balai latihan kerja (BLK), juga termasuk lembaga-lembaga dalam ranah pendidikan nonformal. Dan secara otomatis kegiatan pembelajaran yang terlaksana di dalam lembaga-lembaga tersebut sudah termasuk dalam ranah pendidikan luar sekolah. Dalam lembaga-lembaga tersebut harus terlaksana semua standarisasi yang berlaku untuk pendidikan nonformal yang dikenal dengan 8 standar nasional PNF dari BSNP (Badan Standarisasi Nasional Pendidikan). Standarisasi ini digunakan untuk mengukur apakah program pendidikan nonformal tersebut sudah layak dan sesuai standar untuk diselenggarakan.
Lain halnya dengan pendidikan informal, jika pendidikan nonformal memerlukan standarisasi, maka pendidikan informal tidak memerlukan standarisasi. Mengapa demikian? Lalu pendidikan seperti apakah pendidikan informal itu?. Pendidikan informal adalah pendidikan yang tidak terstruktur dan bahkan pelaksanaannya tidak disengaja. Marzuki (2010: 137) dalam bukunya “Pendidikan Nonformal” menjelaskan bahwa pendidikan informal adalah “proses belajar sepanjang hayat yang terjadi pada setiap individu dalam memperoleh nilai-nilai, sikap, keterampilan dan pengetahuan melalui pengalaman sehari-hari atau pengaruh pendidikan dan sumber-sumber lainnya di sekitar lingkungannya.” Singkatnya, pendidikan informal adalah setiap proses belajar seseorang mulai dari dia kecil sampai diujung hayatnya baik yang sengaja dia lakukan secara otodidak maupun yang tidak sengaja dia lakukan tetapi menghasilkan pengetahuan baru bagi dirinya.

Pendidikan informal seringkali disebut sebagai pendidikan keluarga. Pernyataan itu tidak salah, hanya saja terlalu sempit untuk mengartikan pendidikan informal. Pendidikan keluarga termasuk salah satu ranah dari pendidikan informal. Karena di dalam keluarga, orang tua tidak pernah membuat struktur pendidikan atau merencanakan materi pendidikan di dalam mengajarkan anak-anak mereka. Orang tua secara langsung akan mendidik anak mereka melalui kegiatan mereka sehari-hari tanpa penyusunan konsep terlebih dahulu. Hal inilah yang merupakan salah satu alasan pendidikan keluarga termasuk dalam pendidikan informal.

Selain pendidikan keluarga, pendidikan informal juga masih mempunyai cakupan yang sangat luas. Lingkungan sekitar, televisi, media massa, internet juga merupakan suatu akses belajar yang informal. Tanpa sengaja kita membaca koran dan kita mendapatkan pengetahuan baru dari artikel yang kita baca, hal ini sudah merupakan proses belajar dan masuk dalam pendidikan informal. Kita berinteraksi dengan teman-teman, dengan tetangga sekitar, dan kita memperoleh pengetahuan baru maka ini juga termasuk dalam pendidikan informal. Ciri dari pendidikan informal adalah pelajar sengaja belajar tetapi sumber belajar tidak sengaja mengajari (biasa disebut belajar otodidak), atau pelajar tidak sengaja belajar tetapi sumber belajar sengaja mengajari (melihat iklan edukatif, membaca koran), dan atau kedua pihak sama-sama tidak berniat belajar tetapi interaksi dari keduanya memberikan pengetahuan baru bagi salah satu pihak atau kedua pihak sekaligus (berdialog).

Dari pengertian-pengertian dan penjelasan di atas, dapat kita ketahui bahwa ternyata pendidikan luar sekolah sangatlah dekat dengan kehidupan kita sehari-hari. Bahkan tanpa sadar, ternyata kita telah ikut masuk ke dalam ranah pendidikan luar sekolah tersebut. Jadi,  pelaksanaan pendidikan ternyata tidak hanya dapat dilakukan di pendidikan formal (sekolah) saja, tetapi jauh lebih luas cakupannya pendidikan luar sekolah juga memiliki andil dalam sistem pendidikan di dunia. Semoga masyarakat Indonesia lebih mengenal lagi tentang pendidikan luar sekolah.

Daftar Pustaka
Kamil, Mustofa. 2011. Pendidikan Nonformal Pengembangan Melalui Pusat Kegiatan Belajar Mengajar  (PKBM) di Indonesia (Sebuah Pembelajaran dari Kominkan Jepang). Bandung: Alfabeta.
Marzuki, Saleh H.M. 2010. Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


Friday, 21 November 2014

Kepribadian Menurut Antropologi

Kepribadian
Apa itu kepribadian ? Kepribadian menurut para ahli biologi ada perbedaan yang sangat menonjol antara pola prilaku antara binatang dengan manusia, menurut mereka pola – pola kelakuan binatang lebih sederhana dan lebih mudah di teliti, hewan hanya dapat mencari makan, menghindari ancaman bahaya, menyerang musuh, beristirahat dan lain sebagainya. Nah berbeda halnya dengan manusia, dari sekian banyak manusia hampir tidak ada yang sama, hal ini di karenakan manusia mempunyai akal dan jiwa. Tidak hanya itu manusia juga mempunyai kepribadian yang berbeda satu dengan yang lain. Nah yang disebut kepribadian yaitu suatu susunan unsur – unsur akal dan jiwa yang menjadi penentu perbedaan tingkah laku dari setiap individu.


                                                    Walaupun mereka kembar belum tentu memiliki kepribadian yang sama
Namun, tahukan kamu bahwa kepribadian memiliki empat unsur, pertama pengetahuan, arti dari pengetahuan itu sendiri yaitu kumpulan beberapa unsur yang mengisi akal dan jiwa seseorang manusia yang di peroleh secara sadar dan di teruskan menuju otak. Pengetahuan diperoleh melalui penggambaran panca indera yang dikirim ke akal manusia dalam keadaan sadar. Nah jadi Seluruh proses akal manusia dalam keadaan sadar tadi, disebut persepsi. Dalam pengetahuan juga terdapat unsur – unsur pembentukan pengetahuan.
Pertama yaitu Apersepsi yang di maksud apersepsi yaitu suatu penggambaran baru yang menimbulkan lebih banyak pengertian tentang keadaan lingkungannya. Kedua yaitu Perasaan, nah selain pengetahuan, manusia juga memiliki berbagai macam perasaan. Yang dimaksud dengan perasaan yaitu, suatu keaadaan didalam diri manusia yang karena pengaruh pengetahuaannya dinilai sebagai keadaan positif atau negatif. Ketiga yaitu Dorongan Naluri, ditinjau dari ara ahli psikologi, didalam diri manusia terdapat perasaan lain yang tidak dipengaruhi oleh pengetahuaanya, melainkan sudah terkandung dalam gen manusia sebagai naluri sejak lahir. Kemauan yang terdapat dalam diri manusia disebut dorongan naluri. Ada tujuh macam dorongan naluri yang disimpulkan oleh para ahli psikologi yaitu Dorongan untuk mempertahankan hidup, Dorongan sex, Dorongan untuk usaha mencari makan, Dorongan untuk berinteraksi dengan sesama manusia, dorongan untuk meniru tingkah laku seseorang, Dorongan untuk berbakti, Dorongan akan keindahan.


Nah, dalam kepribadian pun terdiri dari bermacam – macam kepribadian yang pertama yaitu macam-macam kepribadian individu berbagai isi dan sasaran dari pengetahuan, perasaan, kehendak dan keinginan kepribadian serta perbedaan kualitas hubungan antara berbagai unsur kepribadian dalam kesadaran individu, menyebabkan keragaman struktur kepribadian padda setiap manusia. Oleh karena itu, kepribadian manusia tiap individu sangatlah unik.
Dalam pembelajaran tentang kepribadian individu perlu diperhatikan satu macam materi yang menyebabkan satu tingkah laku berpola, yaitu kebiasaan (babit), kepribadian (personality), adat-istiadat (customs).
Ilmu antropolosi tidak hanya memperhatikan masalah kepribadia, ilmu antropologi juga mempelajari kepribadian umum atau watak umum (modal personality). R. Benedict,R, Linton, M.Mead adalah tokoh pertama kali yang melakukan penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa secara umum, kemudian ditiru dan di kembangkan lebih lanjut oleh banyak ahli antropologi lain sehingga menimbulkan suatu bagian khusus dalam ilmu antropologi yang terkenal dengan nama penilitian personality and culture.
Nah dan yang terakhir yaitu kepribadian Barat dan Timur. Kepribadian Barat dan kepribadian Timur pertama kali muncul ketika para pengarang Eropa berkenalan dengan kebudayaan di Asia seperti kebudayaan parsi, thai, jepang dan indonesia. Mereka kemudian menyebut kepribadian penduduk Asia yang hidup dalam kebudayaan-kebudayaan tersebut dengan nama Kepribadian Timur. Sedangkan semua kebudayaan selain kebudayaan yang terdapat di Asia disebut dengan kepribadian Barat. Kemudian konsep kontras Timur-Barat diambil alih oleh pengarang Asia. Dalam rangka pemakaian konsep Timur-Barat terdapat berbagai macam pandangan diantara para cendekiawan indonesia yang bersifat kabur. Mereka beranggapan bahwa kepribadian Timur memiliki pandangan hidup yang bersifat surgawi, sedangkan kepribadian barat memiliki pandangan hidup yang bersifat duniawi.

BAHAN BACAAN:
Prof. Dr. keontjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Penerbit PT RINEKA CIPTA.