KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya
panjatkan kepada Allah SWT atas selesainya makalah yang berjudul “Etika
kehidupan berbangsa”. Atas dukungan moral dan materi yang di berikan
dalam penyusunan makalah ini yang mmenurut saya
dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari pendidikan luar
sekolah
Melalui kata pengantar ini saya lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan ada tulisan
yang saya buat kurang tepat atau menyinggung pembaca.
Dengan ini saya mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga Allah SWT memberkahi makalah ini sehingga dapat memberikan manfaat.
Semarang, 20
Oktober 2014
Irfan Ramadhan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Bangsa Indonesia diciptakan Allah,
Tuhan Yang Maha Kuasa, sebagai bangsa
majemuk atas dasar suku, budaya, ras dan
agama. Anugerah tersebut patut disyukuri dengan cara menghargai kemajemukan
yang hingga saat ini tetap dapat terus di pertahankan, dipelihara dan
dikembangkan.
Semua agama turut memperkokoh integrasi nasional melalui ajaran – ajaran
yang menekankan rasa adil, rasa kasih sayang, persatuan, persaudaraan, dan
kebersamaan. Selain itu, nilai – nilai luhur budaya bangsa yang di
manifestasikan melalui adat istiadat juga berperan dalam mengikat hubungan pada
diri setiap warga bangsa.
Kesadaran kebangsaan yang mengkristal
yang lahir dari rasa senasib dan sepenanggungan, akibat penjajahan, telah
berhasil membentuk wawasan kebangsaan indonesia seperti yang tertusng dalam
sumpah pemuda pada tahun 1928. Yaitu tekad bertanah air satu dan berbangsa satu
serta menjunjung bahasa persatuan, bahasa indonesia. Tekad bersatu ini kemudian dinyatakan secara
politik sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat dalam proklamasi 17 agustus
1945. Akan tetapi, sejak terjadinya krisis multidimensional, muncul ancaman
yang serius terhadap persatuan bangsa dan terjadinya kemunduran dalam
pelaksanaan etika kehidupan berbangsa. Hal itu tampak dari konflik sosial yang
berkempanjangan, berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan
sosial, melemahnya kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa,
pengabaian terhadap ketentuan hukum dan peraturan, dan sebagainya yang di
sebabkan oleh beberapa faktor yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri.
B. Rumusan
Masalah
Faktor – faktor apakah yang menjadikan
terkikisnya bangsa ?
Apakah Pokok – pokok etika
kehidupan berbangsa ?
C. Tujuan
Rumusan tentang etika kehidupan
berbangsa ini disusun dengan maksud untuk
membantu
memberikan pentyadaran tentang arti penting tegaknya etika dan moral dalam
kehidupan berbangsa.
Etika
Khidupan Berbangsa dirumuskan dengan tujuan menjadi acuan dasar untuk
meningkatkan kualitas manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta
berkepribadian indonesia dalam kehidupan berbangsa.
D. Manfaat
1.
Mengaktualisasikan nilai – nilai agama
dan budaya luhur bangsa dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa,
dan negara melalui pendidikan fromal, informal dan nonformal dan pemberian
contoh keteladanan oleh para pemimpin negara dan pemimpin bangsa.
2.
Mengarahkan orientasi pendidikan yang
mengutamakan aspek pancasila dengan menekankan ajaran etika yang bersumber dari
ajaran agama dan budaya luhur bangsa serta pendidikan watak budi pekerti yang
menekankan keseimbangan antara kecerdasan intelektual, kematangan emosional dan
spiritual, serta amal kebijakan
3.
Mengupayakan agar setiap program
pembangunan dan keseluruhan aktivitas kehidupan berbangsa dijiwaioleh nilai –
nilai etika dan akhlak mulia, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun
evaluasi.
BAB II
PEMBAHASAN
FAKTOR
– FAKTOR YANG MENJADIKAN TERKIKISNYA BANGSA
konflik sosial yang berkempanjangan,
berkurangnya sopan santun dan budi luhur dalam pergaulan sosial, melemahnya
kejujuran dan sikap amanah dalam kehidupan berbangsa, pengabaian terhadap
ketentuan hukum dan peraturan, dan sebagainya yang di sebabkan oleh beberapa
faktor yang berasal baik dari dalam maupun luar negeri yaitu :
faktor yang berasal
dari dalam negeri antara lain (1) masih lemahnya penghayatan dan pengamalan
agama dan munculnya pemahaman terhadap ajaran agama yang keliru dan sempit,
serta tidak harmonisnya pola interaksi antara umat beragama (2) sistem
sentralisasi pemerintahan di masa lampau yang mengakibatkan terjadinya
penumpukan kekuasan di pusat dan pengabdian terhadap kepentingan daerah dan
timbulnya fanatisme kedaerahan (3) tidak berkembangya pemahaman dan penghargaan
atas kebinekaandan kemajemukan dalam kehidupan berbangsa (5) kurangnya
keteladanan dalam sikap dan prilaku sebagian pemimpin dan tokoh bangsa.
Faktor – faktor yang berasal dari luar
negeri meliputi, anatara lain (1) pengaruh globalisasi kehidupan yang semakin
meluas dengan persaingan antar bangsa yang semakin tajam (2) makin kuatnya
intensitas intervensi kekuatan global dalam perumusan kebijakan nasional.
Faktor – faktor penghambat dan yang
sekaligus merupakan ancaman tesebut dapat mengakibatkan bangsa indonesia
mengalami kemunduran dan ketidakmampuan dalam mengaktualisasikan segenap
potensi yang dimilikinya untuk mencapai persatuan, mengembangkan kemandirian,
keharmonisan dan kemajuan. Oleh sebab itu, diperlukan upaya sungguh – sungguh
untuk meningkatkan kembali warga bangsa dan mendorong revitalisasi khazanah
etika dan moral yang telah ada dan bersemi dalam masyarakat sehingga menjadi
salah satu acuan dasar dalam kehidupan berbangsa.
POKOK
– POKOK ETIKA KEHIDUPAN BERBANGSA
Dengan mencermati
adanya berbagai kondisi masalalu dan masa kini serta tantangan masa depan,
diperlukan pokok – pokok etika kehidupan berbangsa yang mengacu kepada cita –
cita persatuan dan kesatuan, ketahanan, kemandirian, keunggulan dan kejayaan,
serta kelestarian lingkungan yang dijiwai oleh nilai – nilai agama dan nilai –
nilai luhur budaya bangsa.
Pokok
– pokok etika dalam kehidupan berbangsa mengedepanka kejujuran, amanah, keteladanan, sportifitas,
disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi, rasa malu, tanggung jawab,
menjaga kehormatan serta martabat diri sebagai warga bangsa.
Adapun uraian etika kehidupan berbangsa
adalah sebagai berikut:
1. Etika
Sosial dan Budaya
Etika sosial dan budaya bertolak
dari rasa kemanusiaan yang mendalam dengan menampilkan kembali sikap jujur,
saling peduli, saling memahami, saling menghargai, saling mencintai, dan saling
tolong menolong antar sesama manusia dan warga bangsa. Sejalan dengan itu, perlu
menumbuhkembangkan kembali budaya malu, yakni malu berbuat kesalahan dan semua
yang bertentangan dengan moral agama dan nilai – nilai luhur budaya bangsa.
Untuk itu, juga perlu ditumbuh kembangkan kembali budaya keteladanan yang harus
diwujudkan dalam prilaku para pemimpin baik formal maupun informal pada setiap
lapisan masyarakat.
Etika ini dimaksudkan untuk
menumbuhkan dan mengembangan kembali kehidupan berbangsa yang berbudaya tinggi
dengan menggugah, menhargai, dan mengembangkan budaya nasional yang bersumber
dari budaya daerah agar mampu melakukan adaptasi, interaksi dengan bangsa lain,
dan tindakan proaktif sejalan dengan tuntutan globalisasi. Untuk itu, di
perlukan penghayatan dan pengamalan agama yang benar, kemampuan adaptasi,
ketahanan dan kreativitas budaya dari masyarakat.
2. Etika
Politk dan Pemerintahann
Etika Politik dan Pemerintah di
maksudkan untuk mewujudkan pemerintah yang bersih, efisien, dan efektif serta
menumbuhkan suasana politik yang demokratis yang bercirikan keterbukaan, rasa
bertanggung jawab, tanggap akan aspirasi rakyat, menghargai perbedaan, jujur
dalam persaingan, kesediaan untuk menerima pendapat yang lebih benar, serta
menjujung tinggi hak asasi manusia dan keseimbangan hak dan kewajiban dalam
kehidupan berbangsa. Etika pemerintahan mengamatkan agar penyelanggaran negara
memiliki rasa kepedulian tinggi dalam memberikan pelayanan kepada publik, sikap
mundur apabila merasa dirinya telah melanggar kaidah dan sistem nilai ataupun
dianggap tidak mampu memenuhi amanah masyarakat, bangsa dan negara.
Etika politik dan pemerintah
diharapkan mampu menciptakan suasana harmonis antar pelaku dan antar kekuatan
sosial politik serta antar kelompok kepentingan lainya untuk mencapai sebsar –
besar kemajuan bangsa dan negara dengan mendahulukan kepentingan bersama
daripada kepentingan pribadi dan golongan.
Etika ini diwujudkan dalam bentuk
sikap yang bertata krama dalam prilaku poitik yang toleran, tidak berpura –
pura, tidak arogan, jauh dari sikap munafik serta tidak melakukan kebohongan publik,
tidak manipulatif dan berbagai tindakan yang tidak tepuji lainya.
3. Etika
Ekonomi dan Bisnis
Etika
Ekonomi dan Bisnis dimaksudkan agar prinsip dan prilaku ekonomi dan bisnis,
baik oleh perseorangan, instituai, maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi
dapat melahirkan kondisi dan realitas ekonomi yangbercikiran persaingan yang
jujur, berkeadilan, mendorong berkembangnya etos kerja ekonomi, daya tahan
ekonomi dan kemampuan saing. Dan terciptanya suasana kondusif untuk
pemberdayaan ekonomi yang berpihak kepada rakyat kecil melalui kebijakan secara
berkesinambungan. Etika ini mencegah kepada perbuatan korupsi, kolusi, dan
nepotisme, deskriminasi yang berdampak negatif terhadap efisiensi, persaingan
sehat, dan keadilan, serta menghindarkan perilaku menghalalkan segala cara
dalam memperoleh keuntungan.
4. Etika
Penegakan Hukum yang Berkeadilan
Etika penegakan hukum yang
berkeadilan dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial,
ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat di wujudkan dengan
ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak kepada keadilan.
Kesulurah aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi dan kepastian
hukumsejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup dan berkembang di
dalam masyarakat.
Etika ini meniscayakan penegakan
hukum secara adil, perlakuan yang sama dan tidak deskriminatif terhadap setiap
warga negara dihadapan hukum, dan menghindarkan penggunaan hukum secara salah
sebagai alat kekuasaan dan bentuk – bentuk manipulasi hukum lainya.
5. Etika
keilmuan
Etika keilmuaan di maksudkan untuk
menjunjung tinggi nilai – nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan teknologi
agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan martabatnya, berpihak kepada
kebenaran untuk mencapai kemaslahatan dan kemajuan sesuai dengan nilai – nilai
agama dan budaya. Etika ini diwujudkan secara pribadi ataupun kolektif dalam
karsa, cipta, dan karya, yang tercermin dalam perilaku kreatif, inovatif,
inventif, dan komunikatif, dalam kegiatan membaca, belajar, meneliti, menulis,
berkarya, serta menciptakan iklim kondusif bagi pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Etika keilmuan menegaskan
pentingnya budaya kerja keras dengan menghargai dan memanfaatkan waktu,
disiplin dalam berpikir dan berbuat, serta menepati janji dan komitmen diri
untuk mencapai hasil yang terbaik. Disamping itu, etika ini mendorong tumbuhnya
kemampuan menghadapi hambatan, rintangan dan tantangan dalam kehidupan, mampu
mengubah tantangan menjadi peluang, mampu menumbuhkan kreativitas untuk
penciptaan kesempatan baru, dan tahan uji serta pantang menyerah.
6. Etika
Lingkungan
Etika Lingkungan menegaskan
pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup serta
penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
BAB III
STUDI KASUS
Budaya
Indonesia Mengalami Erosi
Jakarta - Budaya Indonesia
mengalami erosi khususnya budaya-budaya lokal di Tanah Air karena terpengaruh
dengan budaya luar, kata pengamat budaya Kautsar AS.
"Indonesia seperti tidak
berbudaya lagi dan sangat memprihatinkan, semua terkait kemiskinan dan
kesejahteraan," katanya dalam Seminar Budaya 'Kepribadian dalam budaya
Indonesia' di Kahmi Center, Jakarta, Jumat (17/10).
Mantan Dirjen Otonomi daerah
Kementerian Dalam Negeri tersebut menyatakan bahwa kondisi itu disebabkan
karena nilai intelektual masyarakatnya rendah dan mudah terpengaruh dengan
budaya lain atau budaya luar.
"Perhatikan saja di Makassar
saat ini, sudah tidak ada lagi 'siri'. Pengemis ada dimana-mana, padahal dulu
masyarakat Makassar sangat menjunjung tinggi "siri" atau harga diri,
malu," katanya.
Ia menjelaskan kondisi ini tidak
lepas dari peran pemimpinnya sendiri yang sangat mengangung-agungkan budaya
yang berasal dari luar.
"Perhatikan pemimpin-pemimpin
kita, mereka lebih memilih dan bangga menggunakan produk impor, belanja ke luar
negeri daripada porduk lokal. Misalnya mereka lebih memilih produk made in
China dibanding buatan Cibaduyut, Jawa Barat, padahal kualitasnya sama,"
katanya Dalam kesempatan yang sama budayawan Prof Abdul Hadi mengatakan
kelamahan budaya bangsa Melayu adalah tidak mengenal potensi yang dimiliki.
"Tidak mengenal potensi
dirinya, potensi kekuatan ekonomi, potensi pemikiran dan tidak mampu menyaring
pengaruh negatif yang datang dari luar," katanya.
Ia berharap pemerintahan baru ini,
nilai-nilai budaya lokal perlu ditingkatkan dengan meningkatkan kulitas
masyarakatnya dari segi pendidikan, keterampilan dan etika.
"Seperti di Bali, masyarakat
masih menjunjung nilai-nilai budaya, saya berharap itu dapat terjadi di semua
di wilayah Indonesia," katanya.
Pemecahan masalah tersebut yaitu
kita sebagai rakyat indonesia yang berbudaya harus lebih bisa menyaring budaya
– budaya luar dan lebih menjunjung tinggi budaya dalam negeri serta
melestarikanya hingga anak cucu kita dapat menikmati indonesia yang beraneka
ragaman budaya.
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Dalam
konteks kehidupan, Pancasila harus dijadikan sebagai etika oleh setiap warga
Negara dalam aspek, hendaknya selalu diimplementasikan dengan berlandaskan
nilai-nilai Pancasila, sehingga setiap tindakan warga Negara selalu
mencerminkan tindakan yang Pancasilais, yaitu tindakan yang ber-Ketuhanan Yang
Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab, menjunjung tinggi persatuan
Indonesia, berkerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan,serta berkeadilan sosial.
b.
Saran
Etika kehidupan berbangsa ini
hendaknya diamalkan seluruh warga bangsa
c. Daftar
pustaka
Sekretariat Jendral MPR RI. (2006).
Peninjauan terhadap materi dan status hukum ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Republik Indonesia tahun 1960 sampai dengan 2002.Jakarta.
1 komentar:
Semua berita yang ada di website anda sangat menarik perhatian untuk di simak, salam sehat. . . !! Semoga beritanya dapat bermanfaat! share ya gan, thanks nih!!
Post a Comment